RUANG ILMU
ETIKA MURID TERHADAP GURU

![]() |
Guru sumber ilmu |
Murid yang mempunyai etika mulia juga akan mampu mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai positif yang akan mempengaruhi keberhasilan di dalam proses pendidikan dan pengajaran. Dengan mempunyai etika atau akhlak yang mulia murid akan mampu mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Dalam dunia pelajar di zaman sekarang banyak pelajar yang menyampingkan etika, sehingga tidak sedikit pelajar yang berpotensi akhirnya gagal hanya karena salah pergaulan.
Kedudukan etika atau akhlak murid dalam lingkungan pendidikan menempati tempat yang paling penting sekali. Sebab apabila murid mempunyai etika yang baik, maka akan sejahteralah lahir dan batinnya, akan tetapi apabila etikanya buruk (tidak berakhlak), maka rusaklah lahirnya atau batinnya. Murid ketika berhadapan dengan guru, sang murid harus senantiasa menghormat. Sekali ia menjadi murid dari seorang guru, selamanya status itu tidak akan bisa ia copot. Dalam kamus kehidupan, tidak ada istilah “mantan murid” dan “mantan guru”.
Salah satu kitab yang membahas tentang etika yang baik, terutama etika murid terhadap guru ialah kitab Ta’lim Muta’allim yang dikarang oleh Syaikh Az-Zarnuji. Kitab ini di tulis atas dasar perlunya mambahas tentang etika dalam mencari ilmu. Karena menuntut ilmu itu merupakan pekerjaan agama yang sangat penting sehingga orang yang mencarinya harus memperlihatkan etika-etika yang baik.
Dijelaskan dalam kitab Ta’lim Muta’allim bagi setiap pelajar sebaiknya mempunyai etika terhadap gurunya. Karena begitu tinggi penghargaan itu sehingga menerapkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi. Agar siswa bisa memuliakan gurunya. Maka sebaiknya seorang murid diperlukan internalisasi sikap wara’ dalam beretika terhadap guru, sikap ini akan menjadikan ilmu yang didapat mempunyai berdaya guna lebih banyak. Di antara sikap Wara’ adalah:
a. Menghindari rasa kenyang.
b. Menjaga diri dari dari kebanyakan tidur.
c. Menjaga diri agar tidak terlalu banyak bicara yang tidak bermanfaat.
d. Menjaga diri dari ghibah (memberikan kejelekan orang lain).
e. Menjaga diri dari perkumpulan yang isinya hanya gurau. Perkumpulan semacam itu hanya akan mencuri umur, menyianyiakan waktu.
f. Menjauhkan diri dari orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan maksiat. Sebaiknya siswa hendaknya berdekat-dekat dengan orangorang sholeh (pada bait lain, Az Zarnuji juga menyampaikan bahwa maksiat menghambat proses hafalan).
g. Rajin melaksanakan perbuata-perbuatan baik dan sunah-sunah Rasul.
h. Memperbanyak shalat sebagaimana shalatnya orang-orang khusyuk.
i. Selalu membawa buku dalam setiap waktu untuk dianalisa.
Para siswa dinasehatkan dan dibekali dengan petunjuk, yang terpenting di antaranya adalah:
a. Seorang murid harus membersihkan hatinya dan kotoran sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah semacam ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan bersih hati.
b. Hendaklah tujuan belajar itu ditujukan un ntuk menghiasi ruh dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri dengan Tuhan, dan bukan untuk bermegahmegahan dan mencari kedudukan.
c. Dinasehatkan agar para pelajar tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan supaya merantau.
Adapun sikap murid terhadap guru antara lain adalah penghormatan dan pengahargaan kepada ilmu dan guru. Az Zarnuji tidak menjadikan keduanya analistik, sebagaimana ia juga tidak memisahkan antara intelektualitas pendidikan dan spiritualnya. Seorang murid tidak dibenarkan hanya menimba intelektualitas seseorang, tetapi hak yang melekat padanya ditelantarkan. Pendidikan mempunyai dasar “hak atas karya intelektual” yang pantas dihargai dengan sikap pemuliaan dan penghargaan material. Etika murid terhadap guru dalam perilaku taat pada perintah dan menjauhi larangan-Nya selama masih dalam koridor kepatuhan kepada Allah, bukan sebaliknya. Tampilan rinci lain lebih mengarah pada “budi pekerti” yang di masa sekarang perlu ditegakkan, tetapi berangsur luntur.
Dalam kitab Ta’lim Muta’allim menjelaskan bahwa “keberhasilan seseorang tergantung dari penghormatannya, kegagalannya adalah karena meremehkannya”. Sesunguhnya bagi seorang murid yang baik, agar mendapatkan ilmu dari gurunya hendaknya mempunyai etika yang baik di setiap menerima, mendengarkan, mengerjakan apa yang disampaikan gurunya dan jangan sekali-kali sebaliknya (meremehkan guru). Selanjutnya seorang pelajar juga harus bersikap rendah hati pada ilmu dan guru. Seorang murid juga harus mencari kerelaan guru, harus menjauhi hal-hal yang menyebabkan ia murka, mematuhi perintahnya asal tidak bertentangan dengan agama. Dengan cara demikian ia akan tercapai cita-citanya. Ia juga harus menjaga keridhaan gurunya. Ia jangan menggunjing gurunya. Dan jika ia tidak sanggup mencegahnya, maka Etika Murid terhadap Guru sebaiknya ia harus menjauhi orang tersebut. Selanjutnya seorang murid hendaknya tidak memasuki ruangan kecuali setelah mendapat izinnya. Seorang pelajar tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan guru. Karena ada yang mengatakan bahwa orang-orang yang telah berhasil mereka ketika menuntut ilmu sangat menghoramati tiga hal tersebut. Dan orang-orang yang tidak berhasil dalam mnuntut ilmu, karena mereka tidak mau menghormati atau memuliakan ilmu dan gurunya. Karena ada yang mengatakan bahwa menghormati itu lebih baik daripada mentaati.
Az-Zarnuji mengatakan bila seorang murid lebih menghormati seorang guru itu menaikkan tingkat ketakwaan kepada Allah SWT sangat tinggi, ketinggian beretika terhadap guru, pada orang lain yang lebih tua, apalagi kepada Allah SWT dalam ketakwaannya semakin meningkat maka Allah akan mengangkat harkat dan martabatnya. sangatlah penting seorang murid menghormati, menghargai, rendah hati, dan tidak menyakiti hati gurunya. Hal ini ditegaskan agar murid nantinya benarbenar mendapat ilmu yang berguna serta bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.****
Bagus, semoga dapat memberikan pembelajaran kepada kita.
ReplyDeleteTerima kasih atas ilmunya, berkah untuk semua.
ReplyDeleteLuar biasa sangat menginspirasi
ReplyDeleteLanjutken !!! tks
ReplyDelete